Persimpangan Dengan Nibiru
Petualanagan Azakis Dan Petri
Beskrivelse av boken
VOLUME 2/3 Sebuah malapetakan yang luar biasa besar akan menimpa planet kita. Namun, kali ini mahkluk Bumi tidak sendiri. Beberapa penghuni planet Nibiru mendampingi mereka, dengan membahayakan nyawa mereka sendiri, mencoba melawan kekuatan alam yang mengerikan yang akan melanda Bumi. Pada episode kedua serial ”Petuaangan Azakis dan Petri”, dua alien kita yang menyenangkan harus memanfaatjan semua pengalaman dan teknologi luar biasa milik mereka, untuk mencoba mencegah peristiwa yang sebelumnya telah diberitakan secara dramatisa dalam episode selelumnya yang berjudul ”Kembali ke Bumi ”. Lika-liku, pengungkapan, dan penafsiran ulang berbagai kejadian dan insiden dalam sejarah akan membuat pembaca menunggu sambil menahan napas sampai baris terakhir novel ini .
Planet ke dua belas, Nibiru (planet yang lewat) seperti yang dinamai oleh bangsa Sumeria, atau disebut Marduk (raja surga) oleh bangsa Babylonia, sebenarnya sebuah benda angkasa yang mengeliling marahari dengan satu periode putaran 3600 tahun. Orbitnya berbentuk sangat elips, bergerak mundur (mengelilingi matahari dengan arah berlawanan dari planet-planet lain) dan terlihat jelas miring terhadap bidang planet sistem tata surya kita.Setiap siklusnya mendekati matahari, hampir selalu menyebabkan pergolakan antar planet dalam sistem tata surya kita, baik dalam orbit maupun dalam pembentukan planet-planet yang terdapat di dalamnya. Pada salah satu transisinya yang lebih rusuh, terjadi kehancuran planet Tiamat yang megah, berlokasi antara Mars dan Jupiter, dengan massa kira-kira sembilan kali massa Bumi saat ini, kaya akan air dan diberkahi sebelas satelit, hancur cerai berai dalam tabrakan dahsyat. Satu dari tujuh bulan yang mengorbit Nibiru menghantam Tiamat yang besar, berhasil memecahnya jadi dua bagian, dan melontarkan dua bagian tersebut ke orbit yang berlawanan. Pada transisi berikutnya (“hari kedua” Awal Kejadian), satelit Nibiru yang tersisa menuntaskan proses ini, menghancurkan sama sekali salah satu bagian yang terbentuk dari tabrakan pertama. Puing-puing hasil dari berbagai dampak menciptakan apa yang kita sekarang ketahui sebagai “sabuk asteroid”, atau or “gelang tempa” seperti yang disebut oleh bangsa Sumeria. Puing ini sebagian ditelan oleh planet di sekitarnya. Terutama oleh Jupiter yang menangkap sebagian besar puing, sehingga secara nyata meningkatkan massa Jupiter sendiri. Artefak satelit dari bencana ini, termasuk yang berhasil bertahan dari Tiamat, sebagian besar “ditembakkan” ke orbit luar, membentuk apa yang kita sekarang ketahui sebagai “komet”. Bagian yang bertahan dari transisi kedua sekarang berposisi di orbit yang stabil antara Mars dan Venus, terbawa oleh bagian ini satelit terakhir yang masih ada dan sekaligus membentuk apa yang sekarang kita sebut Bumi, bersama dengan temannya yang tak terpisahkan, Bulan.Parut yang diakibatkan oleh dampak kosmik tersebut yang terjadi sekitar 4 miliar tahun lalu, sebagian masih terlihat hari ini. Bagian parut pada planet, pada saat ini ditutupi air sepenuhnya dan sekarang kita sebut dengan nama Samudra Pasifik. Samudra ini menempati sekitar sepertiga permukaan bumi, membentang lebih dari 179 juta kilometer persegi. Di atas wilayah yang luas ini hampir tidak ada daratan, sebaliknya terbentang cekungan maha besar dengan kedalaman hingga lebih dari sepuluh kilometer.Saat ini, Nibiru sangat menyerupai Bumi dalam pembentukannya. Dua pertiga bagiannya ditutupi air, sedangkan sisanya ditempati satu benua tunggal yang merentang dari utara ke selatan, dengan luas total permukaan lebih dari 100 juta kilometer persegi. Selama ratusan ribu tahun, sebagian dari penghuninya memanfaatkan kedekatan planetnya dengan planet kita, melakukan kunjungan teratur, setiap kali memengaruhi budaya, pengetahuan, teknologi dan evolusi ras manusia. Nenek moyang kita selalu menyebut mereka dengan berbagai cara, tetapi nama yang selalu terbaik dalam mewakili mereka selama ini adalah “Dewa”.
PUBLISHER: TEKTIME